Langsung ke konten utama

Tirakat : Sarana Mengolah Jiwa



            Fenomena yang lazim ditemui pada kehidupan santri adalah makan dengan makanan seadanya sehingga terkesan mengesampingkan gizi. Pada faktanya, kebanyakan pondok pesantren memang menitikberatkan pada bagaimana santri bisa tetap bertahan hidup walau dengan ala kadarnya. Bahkan beberapa pesantren juga mengajarkan tradisi yang biasanya menjadi ciri khas dari pondok tersebut. Tegalrejo misalnya, pondok pesantren yang berada dikawasan ini mengajari santri untuk tidar sekedar menjadi pintar tapi juga menjadi santri yang tahan banting. Salah satu pondok yang berada dikawasan ini adalah Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API). Dipondok ini, santri diajari cara mengolah jiwa agar senantiasa bisa mengendalikan nafsu, tirakat istilahnya.

            Tirakat atau riyadhotun nafsi menjadi ciri khas di pondok pesantren ini. Jenisnya bermacam-macam, dari ngrowot, naun, daud, dalail dan lain sebagainya. Perbedaan cara santri tirakat berlatarbelakang pada kondisi fisik dari santri tersebut. Selain itu, hal yang menjadi acuan untuk melakukan tirakat adalah perbedaan kelas ngaji yang ada pada pondok ini. Tirakat dipondok ini adalah salah satu cara para santri dalam mengikuti (itba’) dari pendiri pondok tersebut, Almaghfurlah K.H Chudlori. Seperti yang diceritakan oleh sumber yang dapat dipercaya bahwa Kyai Chuldori memang sangat senang dengan tirakat  dan ziarah kubur, sehingga pada saat beliau mondok beliau juga dikenal dengan Chudlori tirakat oleh teman-teman seperjuangannya.

            Fenomena lain yang bisa diambil dari adanya tirakat ini adalah gizi’s day atau hari gizi. Pondok Pesantren API Tegalrejo misalnya, di pesantren ini malam ahad kliwon diklaim sebagai hari gizi santri. Kebanyakan santri memang mendapat kirimannya pada malam ahad kliwon yang notabenenya adalah hari para alumni pesantren mengadakan rutinan untuk kembali bernostalgia di pesantren. Santri yang biasanya makan ala kadarnya akan mendapat menu spesial pada hari itu. Adanya menu yang berbeda dari setiap kiriman santri menjadikan hari tersebut seperti hari untuk berwisata kuliner. Namun, santri yang sedang menjalani tirakat tertentu memang belum bisa untuk ikut ambil bagian dalam moment yang terjadi tiap selapan sekali itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ada

selamat siang hujan belajar darimu adalah tambahan mengajarkan arti kesiapan terjatuh dalam buih-buih kecil lalu bersatu di sana menghancurkan beribu karang mengkaramkan beribu kapal lalu kembali lagi ke atas belajar darimu dalam keihlasan harus terjatuh..terja tuh...terjatuh lalu disambut euforia anak2 kecil belajar darimu adalah pelajaran sebab aku belajar dari simponi yg kau buat sebab aku belajar tentang arti kebersamaan sebab aku belajar sebuah kerelaan jatuh sakit ditinggalkan lalu brsatu kembali

Ayo Mondok! : Ikhtiar membangun akhlak mulia

Umat Islam pastilah sudah mengetahui, tujuan atau alasan utama Nabi Muhammmad diutus di dunia ini. Sang uswatun hasanah   memiliki visi yaitu sebagai penyempuna akhlak manusia. Sebagaimana tersebut dalam hadisnya, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia . Tentu bukan hal mudah untuk mencapai visi tersebut. Sehingga Allah SWT memilih utusan yang benar-benar sudah teruji akan akhlaknya. Allah berfirman “Dan engkaulah (Muhammad) benar-benar akhlak yang agung (Q.S Al Qalam : 4). Berbeda dengan rasul-rasul terdahulu, lingkup visi dari Nabi Muhammad bukan bangsa Arab saja. Karenanya, visi itu masih berlaku hingga sekarang dan mencakup semua bangsa. Kita ketahui, modal yang akan berguna dimana-mana adalah akhlak yang baik.             Ulama sebagai warasatul anbiya’ adalah penggerak estafet dari visi yang diemban oleh Nabi Muhammad. Di Indonesia misalnya, ulama dan kyai nusantara berikhtiar untuk mewuju...

Lupa Muka

lilin-lilin kecil berkumpul di selimut hitam mengumbar serapah kecil menadah kasih maha karim melepas kain-kain parasit mengunci penjarah, pengacau ijabah.. Ya Karim... kami malu menuntut janji padahal kami masih enggan mengabdi kami malu ulurkan muka sebab kami pembuat murka kami malu terus memaksa sebab kami pecandu dunia berperan tuli saat ajakan-Mu kmbali brgeming sesederhana angin berbalik arah tanpa rasa bersalah tanpa sesal yg mengawal lalu menghamba kembali bila akal terasa bebal menyanjung2 serapah mulia brcerita mulus barisan pinta brnarasi hebat sehalus kain kasa mengadu sesal mengadu kesal tanpa beban sebab dosa ‪