Umat Islam pastilah sudah
mengetahui, tujuan atau alasan utama Nabi Muhammmad diutus di dunia ini. Sang uswatun
hasanah memiliki visi yaitu sebagai
penyempuna akhlak manusia. Sebagaimana tersebut dalam hadisnya, sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Tentu bukan hal mudah
untuk mencapai visi tersebut. Sehingga Allah SWT memilih utusan yang
benar-benar sudah teruji akan akhlaknya. Allah berfirman “Dan engkaulah
(Muhammad) benar-benar akhlak yang agung (Q.S Al Qalam : 4). Berbeda dengan rasul-rasul
terdahulu, lingkup visi dari Nabi Muhammad bukan bangsa Arab saja. Karenanya,
visi itu masih berlaku hingga sekarang dan mencakup semua bangsa. Kita ketahui,
modal yang akan berguna dimana-mana adalah akhlak yang baik.
Ulama
sebagai warasatul anbiya’ adalah penggerak estafet dari visi yang
diemban oleh Nabi Muhammad. Di Indonesia misalnya, ulama dan kyai nusantara
berikhtiar untuk mewujudkan visi tersebut dengan cara membangun pondok pesantren
sebagai media dakwah kepada generasi-generasi muda. Generasi muda itu yang
selanjutnya dikenal dengan sebutan santri. Santri inilah yang nantinya akan
melanjutkan tongkat estafet selanjutnya dari para kyai dan ulama. Pesantren
sebagai cikal bakal adanya santri, berperan
penting dalam perkembangan islam di masyarakat. Karena, melalui pesantrenlah, ajaran islam
dapat selalu berkembang di masyarakat. Kebanyakan pesantren, menerapkan
kurikulum yang hampir sama, yaitu pendidikan akhlak diajarkan pada tingkatan
kelas awal (ibtida’/ula). Hal ini sangat sejalan dengan visi dari Nabi Muhammad
tentang pengajaran akhlak yang mulia. Sehingga di era ini, bukan hal yang asing
lagi jika pesantren memiliki tempat khusus sebagai pilihan utama untuk
masyarakat. Dahulu, memang masyarakat menganggap pesantren sebagai tempat
hukuman untuk putra-putri mereka yang sulit untuk diatur. Namun seiring dengan
berkembangnya zaman dan kebutuhan akan nilai spiritualitas, masyarakat akhirnya
sadar bahwa pesantren adalah solusi terbaik untuk problematika yang mereka
hadapi.
Salatiga,
bagian dari kemajemukan Indonesia tidak mau kalah dalam urusan pemenuhan kubutuhan
masyarakat akan spiritualitasnya. Meski dikenal sebagai kota misionaris,
salatiga masih memiliki pilar-pilar penerus eksistensi islam agar tetap
berkembang di kota ini. Di kota ini terdapat banyak pondok pesantren yang
tersebar diberbagai wilayah. Salah satu pesantren yang ada di kota ini adalah
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah. Setiap tahunnya, PPTI Al
Falah menampung setidaknya 100 santri baru. Dengan lokasi yang strategis yaitu
berdekatan dengan kampus 2 IAIN Salatiga, dan berada dijalur transportasi
masal, PPTI Al Falah menjadi salah satu pesantren yang terus berkembang di kota
Salatiga. Pada tahun ini, pendaftar yang masuk ke PPTI Al Falah sudah ada 138
santri semenjak dibuka pendaftaran santri baru bulan Juni lalu. Santri yang
datang tidak hanya berasal dari kota salatiga dan sekitarnya, namun juga ada
dari luar jawa.
Gerakan
Ayo Mondok! Yang dicetuskan oleh Rabitah Ma’ahid Islamiyah ini sangat
sejalan dengan program revolusi mental oleh pemerintah. Sehingga, pesantren
sebagai sarana santri untuk mondok tidak sekedar menjadi pilihan
alternative namun sebagai solusi untuk membangun akhlak yang mulia.
Komentar